Wednesday, January 14, 2009

Baca buku gratisan...

Dulu waktu kecil saya suka sekali diajak bapak ke toko buku. Di sana tujuan utamanya, ya… baca-baca buku. Secara gratis.

Maklum harga buku yang bagus-bagus, kan mahal. Biar nafsu membaca tetap tersalurkan caranya dengan membaca di tempat. Kalau memang buku itu dianggap sangat pantas dimiliki, pasti bapak akan menabung dan menyisihkan gajinya untuk membeli buku itu biarpun mahal.

Tetapi belakangan ini baca buku di toko buku agak sulit. Karena banyak buku yang disampul plastik dengan rapat.

Selain trik membaca buku di tempat, bapak juga suka mengunjungi toko-toko buku loak. Yang dicari biasanya majalah-majalah sastra. Termasuk majalah populer lain seperti majalah wanita dan majalah anak-anak. Saya senang sekali dibelikan majalah oleh bapak, walaupun bekas.

Tetapi belakangan ini toko buku loak digusuri karena dianggap mengganggu keindahan kota. Seperti yang ada di Kwitang, Jatinegara, dan Pasar Senen. Karena penjaja buku dan majalah loak jarang sekali yang buka toko. Penjajanya lebih banyak kelas kaki lima.

Bapak juga punya trik lumayan jitu. Kebetulan bapak seorang guru. Salah satu orang tua muridnya ada yang punya toko buku sekaligus jualan majalah. Bapak kalau membeli alat tulis selalu beli di sini. Lama-lama jadi akrab. Nah, dari sinilah saya dan bapak bisa membaca majalah yang baru secara gratis. Syaratnya, buku atau majalah tidak boleh lecek atau rusak. Pernah saya bikin lecek, karena merasa tidak enak hati, bapak terpaksa membeli. Nantinya, majalah yang sudah kami baca itu dikembalikan dianggap sebagai barang ‘retur’ yang tidak laku. Sebenarnya yang pintar ya pemilik toko buku ini. Si Engkoh begitu kami menyebutnya.

Tetapi toko buku milik Engkoh yang baik hati kepada kami ini akhirnya tutup. Bangkrut katanya, karena persaingan yang berat. Sekolah-sekolah mulai menjual buku sendiri. Juga karena kurikulum yang selalu berganti membuatnya repot untuk selalu menyediakan buku-buku baru. Sedangkan buku-buku yang tidak sesuai kurikulum tak laku dijual lagi. Dijual di tukang loak harganya juga murah sekali.

Kemarin saya searching di google ketemu situs ini http://books.google.co.id, isinya banyak buku-buku bagus dan gratis. Saya jadi ingat pengalaman kecil saya dulu seperti yang telah saya ceritakan tadi…

Cuman, Tetapi-nya saya belum tahu apa nih…!

Tuesday, November 25, 2008

Batak, Purba, dan Dinosaurus

Tadi pagi anakku Satrio aku tunjukkan majalah National Geography Indonesia terbitan bulan Desember tahun 2007, tentang Dinosaurus.

Percakapan ini antara ibu dan Satrio.

Ibu: Io,... Dinosaurus ini binatang purba.

Io: O gitu ya bu...

Ibu: Di Batak ada juga orang yang namanya Purba.

Io: O berarti di Batak banyak Dinosaurus, ya bu?

Thursday, November 20, 2008


Lihat apa?

Sepatu bola

Sepatu bola pertama King Henry VIII tahun 1526

Sepatu bola jaman King Henry dibuat oleh pembuat sepatu Cornelius Johnson tahun 1525, seharga 4 shillings, setara dengan 100 Pound saat ini. Dibuat dari kulit yang keras, mata kaki dan lebih berat daripada sepatu bola saat ini.


 

Tahun 1800an

Inilah awal mula bentuk sepatu bola yang sekarang. Karena pada sepatu yang terbuat dari kulit alasnya diberi paku baja, yang fungsinya agar tidak terpeleset dan untuk kestabilan.

Kemudian aturan dibuat supaya paku baja dibuat tumpul untuk keamanan. Kini sebutannya cleats, yang ditanam disol sepatu.


 

Tahun 1900-1940

Bentuk sepatu bola mulai mantap tak berubah mulai dari tahun 1900 sampai akhir PD II, di tahun ini muncul produsen sepatu bola seperti Gola(1905), Valsport (1920) dan pembuat sepatu Denmark Hummel(1923)

Sampai di Jerman ada Dassler bersaudara yaitu Adolf dan Rudolf membangun Gebruder Dassler Schuhfabrik (Dassler Brother Shoe Factory) di Herzogenaurach tahun 1924 dan mulai memproduksi sepatu bola tahun 1925 yang memiliki patok 6 atau 7 yang bisa dipindah-pindah. Yang bertujuan untuk menyesuaikan cuaca ketika bermain.


 

Tahun 1940-1960

Bobot sepatu semakin enteng, tak hanya sekedar sepatu. Mulai difokuskan untuk menendang dan kontrol bola.

Tahun 1948, perusahaan Adidas yang dipimpin Adolf (Adi) Dassler. Rudolf membikin Puma tahun 1948, memproduksi Puma Atom sepatu bola. Memulai pertama studs yang bisa diganti-ganti plastik atau karet, yang memulai Puma di awal tahun 1950, tetapi karya ini juga diklaim oleh Adidas. Pada waktu itu sepatu bola dibuat di atas mata kaki. Materialnya gabungan kulit dan bahan sintetis, ini yang membuat sepatu menjadi enteng.

Tahun 1970

Jamannya Pele dengan sepatu Puma King.

1979 Adidas memproduksi sepatu untuk Copa Mundial, dibuat dari kulit kangguru, untuk kecepatan dan versality. Muncul Diadora (1977) seorang pembuat sepatu asal Italia.


 

Tahun 1980


 

Tahun 1990

Nike Mercurial (1998) berbobot hanya 200 gram.


 

Sejarah

Sepatu bola pertama dibuat pada jaman raja Henry VIII dari Inggris. Ketika itu raja Henry memesan baju kebesaran di tahun 1526, waktu itu kerajaan membelanjakan 45 pasang sepatu beludru/velvet dan 1 pasang sepatu bola terbuat dari kulit. Sayangnya semuanya ini tidak diketahui keberadaannya.

Cirikhas sepatu bola hingga saat ini adalah cleats alias "sepul" yaitu tonjolan di bawah sol sepatu. Tujuannya untuk kestabilan dan agar pemain tidak mudah terpeleset di lapangan rumput.

Dibuat dari bermacam variasi kulit, tetapi kulit kangguru paling sering dijadikan pilihan.


 

Menurut aturan asosiasi sepakbola, mengenai peraturan permainan. Pada aturan ke 4:kelengkapan pemain adalah termasuk sepatu bola. Aturan ini berlaku hingga tahun 1891, sepatu bola dilarang menggunakan sol atau hak. Aturan ini pada tahun yang sama direvisi dengan diperbolehkan bar dan stud. Asalkan keduanya dibuat dari kulit, dan panjangnya tidak boleh lebih dari setengah inchi. Dan dipasang sambil dibungkus kulit. Stud harus dibuat membulat, tidak boleh kerucut ataupun runcing dan diameternya tidak lebih dari satu inchi. Pemain bola biasanya memiliki beberapa pasang sepatu sesuai dengan cuaca lapangan permainan.

Pada pertengahan tahun 1950an Adidas mengenaikan sistem sekerup untuk studs. Yang bisa diganti-ganti terbuat dari plastik atau karet disesuaikan dengan kondisi lapangan.

Sepatu bola pada awalnya sangat berat, karena sepatu ini melindungi angkle, yang menjadi standar di bagian Utara Eropa selama beberapa tahun. Sedangkan di eropa selatan dan amerika bagian selatan lebih mengenal sepatu bola yang tidak perlu melindungi angkle. Sehingga bobot sepatu jauh lebih ringan. Dan, kemudian model ini menjadi model standar.


 


 

Monday, August 11, 2008

Makan di sini, yuk!

100_9048

Menunya apa aja ya?

Foto: yang motret istriku tersayang.

Ngeri enggak?

100_9027 100_9028 100_9029 100_9030

Foto ini yang motret istriku. Lokasinya di daerah Jatinegara, Jakarta Timur.

Kok tanggung bener ya bongkar gedungnya...

Emangnya enggak takut ngerubuhin orang di bawahnya?

Wednesday, August 6, 2008

Bendera, om...

100_8978

100_8979

Setiap bulan Agustus...

Tukang bendera mulai jualan.

Herannya, kok ya laku.

Karena tiap tahun pasti ada aja yang beli.

Memangnya, benderanya yang tahun lalu kemana?

 

Positifnya aja deh,

dari bendera dan segala pernak-perniknya bisa menjadi sumber penghasilan buat sebagian orang yang bergelut dalam bidang perbenderaan ini...

Selamat ulang tahun kemerdekaan Indonesia.